Chapter
1 :
Bryant
Thompson
******
SELASA, 19 MARET 2024.
TAHUN
INI, California mengadakan turnamen renang tingkat nasional
untuk putra dan putri. Hal ini disambut dengan meriah oleh setiap kabupaten dan
kota yang ada di California, terutama kota Los Angeles, kota metropolitan
terpadat di dunia dan yang terbesar kedua di Amerika Serikat. Di Los Angeles,
begitu banyak banner-banner dan iklan-iklan di jalan besar yang
memberitahukan diadakannya turnamen renang nasional di California tahun ini. Setiap
provinsi dan kabupaten mulai melakukan penyaringan kembali di dalam tim
regional mereka masing-masing, begitu juga Kabupaten Sonoma, California Utara.
Turnamen nasional itu akan diadakan selama kurang lebih enam hari, berikut
pertandingan semifinal dan finalnya.
Seperti biasa, turnamen nasional itu
akan menampilkan total 37 pertandingan; delapan belas pertandingan untuk putra,
delapan belas pertandingan untuk putri, dan satu pertandingan campuran (ini
sudah termasuk dua pertandingan sepuluh kilometer renang maraton di perairan
terbuka). Nomor-nomor pertandingannya adalah:
-
Gaya bebas: 50, 100, 200, 400, 800, dan
1.500,
-
Gaya punggung: 100 dan 200,
-
Gaya dada: 100 dan 200,
-
Kupu-kupu: 100 dan 200,
-
Medley individu: 200 dan 400,
-
Estafet: 4×100 gaya bebas, 4×200 gaya
bebas, 4×100 medley (pria, wanita, dan campuran), lalu
-
Maraton: sepuluh kilometer.
Kabupaten
Sonoma telah berhasil menyaring dan menetapkan tim yang berisi 48 orang. 48
orang tersebut terdiri dari 21 peserta tim putri dan 27 peserta tim putra
dengan rentang usia dari delapan belas hingga tiga puluh tahun. Masing-masing
peserta tersebut ada yang mengikuti satu event atau satu nomor
pertandingan dan ada juga yang mengikuti beberapa nomor pertandingan sekaligus.
Ada sepuluh pelatih yang terdiri dari satu head coach tim putra, satu head
coach tim putri, satu head coach renang perairan terbuka, dan tujuh
asisten coach. Latihan resmi akan diadakan pada tanggal 1 April 2024,
yaitu tiga belas hari kedepan. Mereka akan dikarantina dan dilatih secara
intensif. Sementara itu, sebelum tanggal 1 April 2024 tiba, para peserta
diarahkan untuk berlatih secara mandiri dan menjaga kesehatan.
Namun,
sepuluh dari 27 peserta pada tim putra memiliki ide yang berbeda. Ketimbang
berlatih secara mandiri, mereka yang sudah akrab ini memilih untuk berlatih
bersama-sama di sebuah tempat. Setelah dua kali meet-up, mereka pun
sepakat untuk berlatih di sebuah vila milik Keluarga Saunders yang terletak di
ujung kota Healdsburg. Tentu saja, ini adalah saran dari Keith Saunders, salah
satu dari mereka yang merupakan anak sulung dari Keluarga Saunders. Keluarga ini
memang kaya raya.
Kota
Healdsburg. Salah satu kota yang ada di Sonoma County. Indah,
bersejarah, dan dikelilingi oleh perbukitan serta kebun anggur. Healdsburg
adalah kota di Sonoma yang sempurna untuk menggambarkan julukan “Sonoma Wine
Country”. Terletak di tepi Sungai Rusia di utara Sonoma County,
Healdsburg menyimpan pesona komunitas pertanian kecil dengan destinasi wine
dan makanan kelas dunia. Healdsburg memiliki banyak sekali perbukitan yang
indah serta pertanian-pertanian yang luas. Alamnya begitu indah untuk dipandang,
sungguh destinasi yang menakjubkan untuk healing. Mungkin ini jugalah
sebab Keluarga Saunders membuat sebuah vila besar di daerah itu, apalagi mereka
juga dapat berburu wine di sana. Kill two birds with one stone, they
say.
Pada
hari yang ditentukan, yaitu hari ini, pergilah kesepuluh orang tersebut ke
ujung kota Healdsburg, tempat di mana vila milik Keluarga Saunders terletak.
Dengan membawa tiga mobil, mereka pergi ke sana bersama-sama. Sepuluh peserta
yang ikut adalah Castro Cortez, Austin Rivera, Christensen Fletcher, Ibarra
Silva, Kane Houston, Bryant Thompson, Keith Saunders, Thomas Lewis, Russel
Vazquez, dan Lucas Anguiano. Mereka membawa satu asisten coach dari tim
Sonoma County yang bernama Andrew Cervantez dan satu dokter pribadi
Keluarga Saunders yang bernama Gray Sullivan. Jadi, total orang yang ikut dalam
kegiatan ini adalah dua belas orang.
Mereka
semua pergi ke vila tersebut; mereka berkendara melewati jalanan indah
Healdsburg dengan hati yang gembira. Meski mereka pergi ke sana untuk berlatih,
mereka juga menghitung ini sebagai vacation tipis-tipis. Selesai
berlatih, kan, mereka bisa keluar dari vila untuk jalan-jalan sore. Ini
sempurna.
Di
dalam salah satu mobil berwarna putih di mana ada Lucas, Ibarra, Kane, dan
Bryant, terdengar lagu dari The Weeknd yang berjudul Save Your Tears tengah
diputar di radio. Kane yang mengemudi tampak sangat menikmati lagu itu,
kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama; dia bernyanyi dan jemarinya
mengetuk roda kemudi sesuai beat.
Tiba-tiba
saja Bryant yang ada di kursi penumpang mulai menyikut Ibarra yang ada di
sampingnya. Pemuda dengan gaya rambut mullet itu menunjukkan sebuah foto
yang terpampang di layar ponselnya pada Ibarra. Itu adalah foto seorang
perempuan yang berambut pirang dan ber-tanktop warna merah muda. “Hey,
look.”
Pemuda
berambut pendek (seperti tentara) yang bernama Ibarra itu kemudian memajukan
tubuhnya ke arah Bryant, melihat ke foto tersebut, dan mengernyitkan dahi. “What?”
Bryant
menyeringai. Alisnya naik turun, sorot matanya terlihat jenaka. Tatapannya
jail; ia sepertinya ingin membanggakan sesuatu atau mengatakan sesuatu yang
tidak terlalu ingin Ibarra dengar.
“So
fucking hot, isn’t she?” tanya Bryant. “I had sex with her two
weeks ago.”
Ibarra
melongo. Bukan, bukan karena iri. “Kau memberitahukan soal hubungan seksualmu ke
orang lain? Are you sure?”
Lucas, yang duduk di jok penumpang depan (di sebelah Kane), tampak mulai menghela
napas dan menggelengkan kepala. Lucas kurang tertarik dengan pembahasan yang
merendahkan wanita seperti ini. Sementara itu, Kane malah tertawa. Agaknya,
Kane ini satu otak dengan Bryant. Satu server.
“Bagaimana
rasanya?” tanya Kane. Sialan, malah ditanya. “Maaan, it’s been a long time
since I had sex.”
Kini
giliran Ibarra yang mendengkus pelan, lalu ia bergegas kembali ke posisinya
semula. Ia tidak lagi melihat ke layar ponsel milik Bryant. Bryant yang merasa
direspons dengan baik oleh Kane pun mulai merasa excited. Ia tampaknya
langsung mau buka-bukaan dengan Kane, tidak peduli lagi dengan reaksi Lucas dan
Ibarra.
“Damn,
Man. It felt so good. She understood the assignment. It would have been better
if the slut hadn't been so loud at that time,” jawab
Bryant. “Aku tidak terlalu suka pelacur yang berisik.”
Kane
tertawa. Pemuda itu lalu berkata, “What? Bukankah justru bagus kalau
wanitanya aktif?”
“Jangan
terlalu aktif, soalnya aku risi,” jawab Bryant sekenanya. Seolah-olah wanita
itu adalah benda baginya.
Sementara
itu, Lucas memutar bola matanya kesal. Pembicaraan ini tidak menarik sama
sekali baginya hingga kemudian Lucas menimpali, “Jangan sembarangan menyebut
setiap wanita yang kau setubuhi ‘pelacur’, Bryant. Biarpun begitu, kau tidur
dengan mereka.”
Diam-diam,
Ibarra mengangguk menyetujui. Tangan kekarnya ia posisikan menyilang di depan
dada. Bryant yang tadinya sedang pamer (maklum, dia agak narsistik) mendadak
menatap ke arah Lucas dan matanya melebar; Bryant merasa seperti sedang ditantang.
Ia pun tertawa hambar, raut wajahnya terlihat kesal dengan komentar Lucas,
tetapi ia tutupi dengan tawa. Meski sebenarnya tawanya itu terdengar sangat hambar
dan dipaksa. Seperti tawa yang meremehkan. “Easy, Lucas, I was just
kidding,” ujar Bryant. Tawa hambarnya yang mengganggu itu mendadak
berhenti. “Mereka juga memang pelacur yang memohon-mohon untuk kutiduri. Kami
sama-sama menikmatinya. Dia juga suka saat aku memanggilnya pelacur.”
Kane
tertawa renyah dan mencoba untuk mencairkan suasana. “Sudah, Lucas, Bryant
hanya bercanda,” katanya. “Omong-omong, berapa lama lagi kita sampai?”
Ha.
Cara lama. Mengalihkan pembicaraan.
Ibarra
tiba-tiba menyahut, “Mungkin lima belas menit lagi. Tiga puluh menit yang lalu
aku bertanya pada Keith dan dia bilang, vilanya sudah dekat dan kurang lebih
setengah jam lagi kita akan sampai.”
“Oh,
oke,” kata Kane. “Thanks.”
Ibarra
mengangguk. Ia melihat ke depan dan mendapati bahwa mobil rombongan Keith ada
di depan mereka. Di dalam mobil Keith ada asisten pelatih, dokter, dan juga Austin.
Berarti mobil rombongan Russel ada di belakang mobil mereka.
Kurang
lebih lima belas menit kemudian, mereka benar-benar sampai di depan sebuah vila
yang besar. Vila itu dikelilingi oleh kebun wine di samping kanan dan
kirinya. Jauh di depan sana ada bukit dan padang rumput yang luas. Hari
sudah sore dan matahari yang hampir terbenam membuat pemandangan sekitar vila
itu terlihat luar biasa menakjubkan. Irresistible. Berdiri dan bernapas
di sana rasanya seperti menghirup udara yang amat segar di alam luas. Suasananya
khas Healdsburg sekali. Vila itu berwarna putih dan tinggi. Halaman depan vila
itu juga sangat luas dan dibuat menjadi lapangan horse riding.
“Wow…”
ucap Chris kagum. Dia menyuarakan kekaguman dari sepuluh orang lainnya yang
hanya bisa tercengang dengan mata yang melebar tak percaya saat baru turun dari
mobil. Mulut mereka menganga, lalu mereka tersenyum puas. Ini menakjubkan.
Perfect.
Keputusan
mereka tidak salah. Ini sungguh tempat yang sangat tenang dan damai. Mereka
bisa berlatih dengan tenang di dalam vila. Info dari Keith, kolam renang tempat
mereka akan berlatih nanti lokasinya ada di dalam vila. Semuanya sudah
disiapkan oleh Keith.
“Woohoo, Bro,”
ucap Thomas. “You don’t disappoint at all!”
Keith
menanggapinya dengan senyuman miring. Of course. He is Saunders, what did
you expect?
Castro
bersiul tatkala melihat pemandangan di hadapannya yang luar biasa itu. Mereka
benar-benar senang karena sudah datang ke sini. Pelatih Andrew dan Dokter Gray
juga terlihat tersenyum senang seraya mengangguk.
“Apakah
kau menyiapkan tempat latihannya dengan baik, Keith?” tanya Coach Andrew.
Keith
menatap pelatih itu dan mengangguk. “Yup. I did. Don’t worry. We will have a
good time here. Let’s head inside.”
Keith
mengarahkan kepalanya ke arah pintu masuk, mengode teman-temannya. Dokter Gray
dan Pelatih Andrew lalu menggiring mereka semua untuk masuk setelah
mengeluarkan seluruh barang-barang mereka dari dalam mobil.
“I’ll guide you,” kata Keith
sekali lagi, sebelum membuka pintu utama vila itu. “Aku akan menunjukkan kalian
ruangan-ruangan di vila ini.”
“Tawaran yang bagus.” Dokter Gray
menyetujui. Mereka memang perlu sedikit tour di vila yang tinggi dan
luas ini, terutama di ruangan-ruangan yang paling dibutuhkan, misalnya kolam
renang, dapur, kamar mandi, ruang kesehatan (untuk Dokter Gray), kamar, dan
ruang bersantai. Namun, agaknya Keith berencana untuk memberitahu seluruh
ruangan yang ada di vila itu.
******
Hari sudah malam. Mereka sampai tadi
sore, tour sebentar di dalam dan di luar vila, lalu meletakkan
barang-barang mereka di dalam kamar-kamar yang sudah disediakan oleh Keith.
Setelah itu, mereka semua membersihkan diri dan menyiapkan makan malam
bersama-sama. Vila itu sudah dilengkapi dengan banyak bahan makanan, jadi
mereka tidak perlu khawatir selama sebelas hari kedepan. Fun fact, vila
milik Keluarga Saunders ini ternyata juga memiliki gym!
Jadi, pembagian kamar mereka adalah:
Kamar pertama, di lantai satu: Thomas,
Lucas, Ibarra, dan Chris.
Kamar kedua, di lantai satu: Russel,
Kane, Bryant, dan Castro.
Kamar pertama, di lantai dua: Austin
dan Keith (for your information, Keith adalah sahabatnya Austin, jadi
Keith selaku pemilik vila ini tentu mengajak Austin untuk tidur sekamar
dengannya saja daripada dia canggung tidur bersama pelatih dan dokter).
Kamar kedua, di lantai dua: Pelatih
Andrew dan Dokter Gray.
Setelah
makan malam, mereka semua (minus Pelatih Andrew dan Dokter Gray) langsung
bersama-sama pergi ke lokasi latihan utama mereka selama sebelas hari ke depan:
kolam renang. Kolam renang vila ini terletak di salah satu ruangan yang
ada di lantai satu. Indoor pool. Kolam renang tersebut sudah dilengkapi
dengan tali lintasan, balok start, dan papan sentuh pengukur waktu
otomatis. Mereka semua masuk ke sana dan duduk di kursi-kursi lipat yang ada di
pinggir kolam. Ada juga yang duduk di lantai dan kakinya masuk ke dalam air
kolam. Hari ini mereka berencana untuk istirahat dulu sebelum bertempur latihan
pada keesokan harinya. Mereka meminum jus jeruk dan memakan beberapa snack
(yang tentu saja atas izin pelatih) seraya mendengarkan musik, mengobrol soal
turnamen yang sebentar lagi akan diadakan, bertukar informasi seputar renang,
dan juga bertukar informasi seputar kemampuan mereka masing-masing. Mereka juga
mengobrol tentang kemampuan teman-teman setim mereka yang tidak ikut latihan
bersama mereka saat ini. Di dalam pembicaraan yang berbobot itu, mendadak Castro
bersuara dengan sedikit kencang guna mengalihkan perhatian semua orang.
“Hei,
guys!” ucapnya seraya cengar-cengir tak keruan. Semua orang sontak
menoleh ke arahnya.
“Jangan
beritahu Coach Andrew dan Dokter Gray, oke?” katanya lagi seraya
menempelkan jari telunjuknya ke depan bibirnya. “Aku membawa alkohol bersamaku.
So...let’s drink!”
Kane
menganga. Pemuda itu pun tertawa. “You whaaaaaatt?!”
“Damn!” sahut
Bryant. “Ide bagus!”
Russel
menyela, “Heh. Kalian ke sini ingin latihan atau ingin bermain-main?”
Thomas
lalu menepuk pundak Russel dan tertawa. Ia pun menjawab Castro seraya
menggeleng, masih tertawa. “Cas, kau sudah gila.”
Castro, Kane, dan Bryant semakin
tertawa kencang. Austin lalu membuka suara, “Kita ini atlet. Alkohol akan
memperlambat gerakan kita. Jangan macam-macam, kalian.”
“Ototmu juga akan sulit untuk berkontraksi
dan akan kehilangan kekuatannya. Jangan harap kita akan menang kalau kau
mengikuti nafsumu untuk minum alkohol,” ucap Ibarra, nada bicara pemuda itu
terdengar seperti ada template-nya sendiri. Bicaranya kaku,
nadanya tertata, seperti terbiasa dilatih di militer. Jadi, dia kurang gaul. Bicaranya
kurang luwes.
“Astaga, hanya untuk hari ini saja, lho!”
ucap Castro. “Besok kita akan latihan. Hari ini kita belum mulai latihan,
apa salahnya sehari saja kita cheating?”
“Kalau kau minum
alkohol malam ini, besok pagi kau akan merasa pengar. Tidak fit untuk
latihan. Kita akan jogging dan latihan fisik besok pagi,” sahut Chris.
“Jangan membuat tim kita kalah
karena kebiasaan burukmu, Cas,” timpal Keith. “Kuharap kau membuang alkohol
yang kau bawa.”
Castro pun akhirnya memutar bola
matanya. “Iya, deh, iya. Teman-temanku ini sangat ketat.” Thomas, Bryant, dan
Kane tertawa.
“Karena kami ingin menang,” jawab
Lucas. Peserta yang lain (selain pendukung Castro) langsung mengangguk setuju.
Castro melihat mereka-mereka yang mengangguk itu dan ia sadar bahwa ia telah kalah
suara. Mendengkus, akhirnya Castro pun mengangkat kedua tangannya ke atas, pertanda
bahwa ia menyerah. “Oke, oke. Aku kalah. Akan kubuang alkoholku.”
Kane menepuk pundak Castro,
bermaksud memintanya untuk sabar, tetapi wajah pemuda itu tampak menahan tawa.
Obrolan kesepuluh peserta itu pun kembali ke default, yaitu tentang
perlombaan, porsi latihan yang kira-kira akan diberi oleh Coach Andrew,
dan tentang kelebihan serta kekurangan mereka masing-masing di dalam renang.
******
Malam itu, Chris terbangun karena
mendadak merasa haus. Pemuda itu kemudian separuh bangkit, menyingkap
selimutnya, lalu meraba ponselnya yang ia letakkan di balik bantalnya sebelum
ia tidur. Saat telah mendapatkan ponsel tersebut, Chris lalu menghidupkan
ponsel itu sejenak. Cahaya dari layar ponsel itu sempat membuat matanya agak
sakit. Silau.
Oh. Ini jam dua pagi. 2.30 AM.
Chris lalu melihat ke samping. Di sana
ada Thomas yang masih terlelap dengan pose yang berantakan. Ia lalu melihat ke
arah satu ranjang lagi yang berada tidak jauh dari ranjang mereka, di mana ada
Ibarra dan Lucas di sana yang juga sedang tertidur pulas.
Chris bangkit, turun dari ranjang,
dan mulai berjalan ke luar. Sayangnya, ia lupa menutup pintu kamar sehingga
pintu kamar itu terbuka separuh. Namun, ia tak begitu memedulikannya, toh
ia akan kembali lagi setelah minum di dapur sebentar.
Lorong yang ia lewati tampak sangat
sepi. Agaknya, semua orang memang sudah tidur karena esok hari harus bangun
pagi. Berjalan di luar kamar sepertinya merupakan ide yang cukup buruk apabila
kau ke luar di jam dini hari seperti ini, soalnya angin malam tetap terasa
menusuk walaupun vila ini adalah gedung yang besar dan tinggi. Ini bukan
tanpa sebab. Vila ini berada di lokasi yang dipenuhi dengan pertanian dan
perbukitan. Tentu akan terasa dingin di malam hari.
Chris menyilangkan tangannya di
depan dada, lalu ia menggosok-gosok lengannya sendiri. Langkahnya ia percepat;
ia tahu bahwa posisi dapur terletak agak jauh dari kamar mereka. Dia harus
melewati ruang untuk kolam renang dan juga ruang tamu.
Jadi, di lantai satu rumah itu
terdapat ruang santai atau ruang tamu yang sangat luas di tengah-tengah. Ada
dua sayap di samping kanan dan kiri ruang tamu itu. Sayap kanan adalah dapur
dan kamar rombongan Russel, sedangkan sayap kiri adalah kamar rombongan Chris
dan ruangan untuk kolam renang. Lantai dua juga disusun sedemikian rupa. Oh,
ya, ruangan kesehatan untuk Dokter Gray akan ada di sebelah kamar tidur
yang ditempati oleh Pelatih Andrew dan Dokter Gray.
Saat baru saja ingin melewati
ruangan untuk kolam renang, Chris yang sedang terburu-buru itu mendadak
terhenti. Ia melihat pintu kolam renang itu sedikit terbuka. Ini cukup aneh,
soalnya ia ingat Keith tadi sudah mematikan lampu dan menutup pintu ruangan itu
saat mereka semua keluar dari sana.
Chris lalu mendekat ke pintu ruangan
tersebut—bermaksud untuk menutup pintunya kembali—saat ia menyadari bahwa ada
sesuatu yang janggal.
Lampu ruangan itu hidup
seluruhnya.
Namun,
bukan. Bukan hanya itu.
Karena
lampunya hidup, Chris jadi bisa melihat ke dalam ruangan itu dengan jelas.
Ada sesuatu yang mengambang di permukaan
air.
Seperti ada topi berwarna hitam—topi
renang—dan…baju berwarna krem?
Itu kulit atau baju renang?
Tunggu. Pakaian siapa yang
tertinggal di sana? Chris pasti salah lihat.
Pemuda itu mengucek-ngucek matanya,
ia betul-betul mengira bahwa ia pasti sedang mengantuk…dan hanya melihat hal
yang seharusnya tidak ada di sana.
He’s so sure that he’s seeing
things, to be more precise.
Namun, sayangnya
ia masih melihat sesuatu itu, bahkan saat ia sudah mengucek matanya
berkali-kali dan memfokuskan pandangan matanya untuk melihat dengan lebih
jelas. Sesuatu itu masih ada di sana. Mengambang.
Dengan cepat Chris langsung membuka
pintu ruangan kolam renang tersebut dan berjalan mendekati kolam renang. Ia
ingin memastikan bahwa penglihatannya memang tidak salah. Bahwa ia tidak sedang
mengantuk; bahwa ia tidak sedang berhalusinasi.
Setelah nyaris dua meter lagi Chris
sampai di pinggiran kolam renang, langkah pemuda itu terhenti. Jantungnya
serasa hampir tercelus hingga ke perut. Matanya memelotot, wajahnya lantas pucat.
Kaki dan tangannya mendadak terasa kaku. Ia merinding sebadan-badan.
Tak ayal, Chris pun berteriak
kencang.
“AAAAAAAAAAAARRRGHHHHH!!!!”
Chris terjatuh. Ia mencoba untuk beringsut
ke belakang—menarik dirinya untuk keluar dari ruangan itu—menuju ke pintu meski
dengan rasa takut dan terkejut yang sedemikian tinggi. Ia ingin memberitahukan
hal ini kepada teman-temannya. Ia harus membangunkan semua orang; ini urgent!
Urgent!
Teman-temannya harus bangun sekarang
juga, lalu datang ke sini dan melihat apa yang ada di permukaan kolam.
Karena di depan sana, di permukaan
kolam itu, terdapat Bryant yang tubuhnya sudah mengambang dan terlihat kaku.
Posisi tubuhnya tertelungkup, sementara wajahnya mengarah ke pintu, ke
arah Chris. []
******
No comments:
Post a Comment